13 Juni 2023

Sasirangan JBG dan Rumah Lamin TCM

Pengembangan Usaha Mikro "SASIRANGAN" Sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Ekonomi, Pelestarian Budaya Lokal, dan Pemberdayaan Perempuan di sekitar PT JBG.


Pengembangan usaha mikro melalui pengembangan Sasirangan oleh PT JBG merupakan bagian dari upaya peningkatan kemandirian ekonomi masyarakat lingkar tambang. Sasirangan merupakan salah satu warisan budaya lokal Kalimantan Selatan yang memiliki nilai budaya dan ekonomi yang tinggi yang harus dilestarikan. Program pengembangan masyarakat ini tidak hanya bertujuan untuk peningkatan ekonomi dan pelestarian budaya lokal, namun juga dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan wirausaha perempuan. Program pengembangan Sasirangan telah dikembangkan oleh 2 (dua) kelompok antara lain Asri Sasirangan di desa Karang Rejo sejak September 2019 dan Jorong Bungas Sasirangan di desa Jorong sejak November 2020. Kelompok Asri Sasirangan memiliki 4 (empat) anggota kelompok dengan jumlah produksi sampai dengan bulan Januari 2022 yaitu sebesar 1.493 lembar kain (rata-rata 50 lembar/bulan) dan pendapatan kotor sejumlah Rp. 189.505.000,00. Produk dari kelompok Asri Sasirangan antara lain kain, kemeja, ecoprint, bordir, dan 3D printed yang memiliki merek dagang bernama “Asri Handmade” dan telah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM Indonesia.


Sedangkan, kelompok Jorong Bungas Sasirangan memiliki 10 (sepuluh) anggota kelompok dengan jumlah produksi sebanyak 500 lembar kain (ratarata 33 lembar/bulan) sampai dengan Januari 2022 dan jumlah pendapatan kotor sebesar Rp. 63.840.000,-. Produk dari kelompok Jorong Bungas Sasirangan berupa kain, kemeja, Saringkel, dan Kondang. Program pengembangan Sasirangan juga didukung oleh pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Perusahaan antara lain pelatihan marketing online dan foto produk. Selain itu, program pengembangan Sasirangan juga bekerjasama dengan PKK Kecamatan Jorong dan Disnakerin Tala (Dekranasda). Program pengembangan warisan budaya lokal ini diharapkan akan meningkatkan keahlian, produktivitas dan pendapatan kelompok secara berkelanjutan dan secara lebih luas akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang.


PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN RUMAH LAMIN BENTIAN SEBAGAI PUSAT BUDAYA, EKONOMI, DAN DESTINASI WISATA OLEH PT TCM


Salah satu bentuk pengembangan masyarakat secara jangka panjang melalui pendekatan sosial budaya yang dilakukan PT TCM (anak perusahaan ITM) adalah Program Pengembangan dan Pendampingan Rumah Lamin Bentian sebagai Pusat Budaya, Ekonomi, dan Destinasi Wisata. Tak hanya mendukung program PPM Pilar Sosial Budaya, program ini juga diharapkan dapat mendukung pencapaian SDG’s Nomor 1 yaitu “Menghapus Kemiskininan.


Rumah Lamin merupakah rumah adat Suku Dayak di Kalimantan Timur. Program Pengembangan Rumah Lamin Bentian yang digagas oleh PT TCM bersama dengan masyarakat adat memiliki arsitektural yang sangat unik dan khas sebagai cerminan budaya lokal Suku Dayak Bentian. Pengembangan Rumah Lamin Bentian didedikasikan dari PT Trubaindo Coal Mining (TCM) ke Suku Dayak Bentian sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya dan sebagai bagian dari penghormatan kepada masyarakat adat lokal. Melalui Pengembangan Lamin Bentian ini, masyarakat Dayak Bentian berharap jati dirinya semakin terlihat dan dapat mengembangkan berbagai aktivis budaya maupun ekonomi di rumah adat tersebut. Pembangunan Rumah Lamin Bentian merupakan salah satu program TCM yang dimulai dari tahun 2012 dan selesai pada tahun 2020. Setelah terbangun, diharapkan Lamin Bentian akan menjadi salah satu icon kebanggan masyarakat Dayak Bentian. Tak berhenti sampai pembangunan, proses pengembangan Lamin Bentian melalui berbagai kegiatan pendukungnya terus berjalan hingga saat ini. 


Selain produk dan jasa wisata yang ditawarkan, terdapat keunggulan strategis berupa inovasi dari Rumah Lamin Bentian yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan, yaitu:


  • Penggunaan material kayu langka dari Pohon Ulin pada 371 pilarnya menambah kekhasan dan keunikan Lamin Bentian.
  • Lamin Bentian ditetapkan sebagai bangunan hijau pertama di Kutai Barat (sertifikasi green building).
  • Penggunaan sumber energi terbarukan (tenaga surya) untuk memasok kebutuhan listrik di Lamin Bentian.
  • Konservasi dan pengelolaan air hujan sebagai sumber pasokan air bersih di Lamin Bentian.
  • Instalasi pengolahan sampah dalam rangka mendukung fungsi Lamin Bentian sebagai pusat kegiatan (ekonomi, budaya, dan pariwisata).

TCM memiliki mimpi untuk menjadikan Lamin Bentian menjadi best practice untuk program penutupan tambang perusahaan. Komitmen TCM melakukan pengembangan dan pendampingan secara kontinyu agar Lamin Bentian dapat menjadi pusat pelestarian budaya, edukasi, wisata, peningkatan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.