26 September 2023

Transformasi Lahan Bekas Tambang Kitadin untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat

Program pascatambang Kitadin yang dijalankan semenjak 2021 berhasil menjadikan lahan bekas tambang lahan pertanian yang produktif sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.  Program ini juga meningkatkan kesejahteraan warga sekitar dan menggairahkan ekonomi setempat karena menyerap tenaga kerja. 

Panen raya perdana akhir Juni lalu, lahan uji coba 3 hektare dapat menghasilkan 10,5 ton gabah. Kitadin berencana memperluas area persawahan menjadi 50   hektare pada tahun ini, dengan target 74 hekatre pada tahun 2025, sehingga memberi manfaat bagi 148 kepala keluarga di 4 desa binaan Perusahaan di Tenggarong Selatan. 

Konsep dan Persiapan yang Matang

Jauh hari sebelum keberhasilan tersebut, Kitadin telah mempersiapkan diri memasuki fase pascatambang dengan langkah-langkah strategis, yaitu mengidentifikasi dampak, mengevaluasi sejumlah alternatif pemanfaatan lahan bekas tambang secara ekologis dan ekonomis, merencanakan teknis reklamasi, dan menetapkan standar kesuksesan. 

Selama proses tersebut, Kitadin melakukan konsultasi secara giat dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah dan masyarakat dengan pelbagai metode, misalnya kuesioner dan Kelompok Diskusi Terarah (FGD). Tujuannya mendapatkan masukan, keselarasan program, dan kesepahaman bersama. Semua informasi dan saran dari konsultasi digunakan untuk menyempurnakan perencanaan jangka panjang yang merujuk regulasi yang berlaku.

Dari konsultasi ditemukan bahwa masyarakat desa binaan di lingkar satu kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkhawatirkan kegiatan PPM berakhir sehingga hilang mata pencarian, yang akan menyebabkan kegiatan ekonomi mereka melemah.  Oleh sebab itu, Kitadin dalam masa tutup tambang ini membuat program pemberdayaan yang bertujuan menaikkan pendapatan masyarakat, di antaranya, pembuatan sawah. Luas kawasan persawahan sebelumnya memang beralih fungsi dan berkurang saat Kitadin beroperasi. 

Kitadin dan para pemangku kepentingan berharap program itu dapat meningkatkan produksi beras di desa binaan yang keseluruhan penerima manfaatnya berjumlah 148 kepala keluarga dengan produksi gabah kering 259 ton per panen, sehingga mendukung program pemerintah untuk swasembada pangan. 


Tantangan yang Berat

Mengubah lahan bekas tambang menjadi persawahan adalah sebuah tantangan yang besar bagi Kitadin. Lahan bekas tambang memiliki topografi dan hidrologi yang beragam, sehingga sering ditemukan kondisi lahan bergelombang, tumpukan batuan penutup, sisa material yang menyebar (tailing), tekstur kasar atau sangat halus. 

Sifat kimia tanahnya pun sering kali tidak ideal dengan adanya keasaman, kekurangan unsur hara, mineral beracun, serta rendahnya kadar bahan organik dan ketersediaan unsur hara makro dan mikro. Ditambah lagi, masalah biologi tanah terkait ketiadaan vegetasi dan mikroorganisme potensial.

Meskipun begitu, tim Kitadin berkomitmen untuk menjadikan lahan tersebut produktif kembali. Dalam kurun waktu 5 tahun, mereka melalui berbagai tahapan penataan. Dimulai penebaran tanah pucuk, pembajakan lahan, hingga penambahan pupuk organik dan anorganik. Kemudian, tanaman Mocuna Bracteata (MB), yang dikenal mampu memfiksasi Nitrogen dan meningkatkan bahan organik tanah, ditanam dua kali.

Kitadin juga merancang sistem irigasi, memantau kestabilan lereng, serta mempersiapkan sarana seperti pintu air, saluran air, dan pompa air guna mengoptimalkan pengelolaan air.

Selanjutnya, setelah tanah siap, dilakukan pengolahan dan penanaman padi dengan pengawasan ahli. Kegiatan terakhir, kawasan penjemuran seluas 1 hektare dengan 8 pondok istirahat ukuran 3x4 meter pun dibangun untuk mendukung kegiatan pertanian di lahan tersebut.

Kitadin juga memberikan pelatihan budidaya padi sawah dan pembuatan pupuk organik bagi 80 orang dari desa binaan. Pelatihan tersebut dilakukan bekerja sama dengan lembaga-lembaga konsultan agrobisnis seperti Integrated Crops Land Management (ICLM), PT Syngenta Indonesia, dan Rumah Kompos Mitra Tani Mandiri.


Hasil Melimpah Melampaui Harapan

Sebelumnya para petani sangsi apakah, apa lahan bekas tambang bisa ditanami. Namun pada saat panen raya perdana ternyata lahan yang mereka garap mampu menghasilkan 4,5 ton gabah per hektar. 

Para petani bersuka cita, karena sebelumnya sebagai petani penggarap yang tidak punya lahan, sekarang mereka mempunyai lahan garapan sendiri sehingga memiliki tambahan penghasilan. Di samping itu, besarnya hasil produksi juga signifikan untuk berperan sebagai lumbung pangan di Kalimantan Timur.  

“Dengan pengolahan yang baik, tidak mustahil tahah bekas tambang bisa ditanami dan produktif,” kata Alfendri Santoso, Community Development Officer (CDO) Kitadin di Embalut.

Di sini terlihat Kitadin telah mengukir prestasi yang membanggakan ITM dengan mengubah lahan bekas tambang menjadi lahan pertanian yang subur dan produktif. Hal ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional tetapi juga memberikan harapan baru bagi warga setempat dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Suksesnya program ini adalah bukti nyata dari dedikasi, kerja keras, dan kerja sama yang erat antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. ***