17 Maret 2025

IMM Hidupkan Ekosistem Bawah Laut Lewat Restorasi Terumbu Karang

Perbaikan ekosistem laut di perairan PT Indominco Mandiri (IMM) terus menunjukkan kemajuan yang membanggakan. Terumbu karang di sekitar area Bontang Coal Terminal, kini semakin hidup sekaligus indah. Meskipun demikian, Tim IMM masih menghadapi berbagai tantangan ke depan yang harus terus diatasi.

Melalui program pemantauan dan perawatan ekosistem bawah laut yang diinisiasi sejak 2012, IMM melakukan transplantasi serta monitoring di berbagai lokasi, termasuk di dekat area ship loader.

Hasil pemantauan terbaru tim peneliti dan dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Muchlis Efendi, menunjukkan aktivitas perawatan terumbu karang yang dilakukan mencakup penggantian bibit mati serta pembersihan media transplantasi dari alga dan tumbuhan pengganggu.

Area C5 dan C12 menjadi fokus pemantauan dan perawatan setelah sebelumnya terpasang sebanyak 631 bibit transplantasi terumbu karang. Pemantauan ini juga untuk mengukur pertumbuhan dan kesehatan terumbu karang yang ditransplantasi.

Menurut Muchlis, kondisi kehidupan ekosistem di lokasi transplantasi area C12 cukup baik meskipun masih terdapat tantangan dalam tingkat kelangsungan hidup karang. “Beberapa terumbu karang tumbuh dengan ukuran besar, namun kehidupan rata-rata hanya mencapai 39%,” ujar Muchlis Efendi.

Sedangkan di area C5, beberapa titik mengalami pertumbuhan bervariasi. Proses penyulaman atau penggantian karang mati menjadi bagian penting dalam memastikan keberhasilan rehabilitasi. Populasi ikan terumbu karang di kedua lokasi juga mengalami perubahan yang menunjukkan perkembangan ekosistem.

Menariknya, kata Muchlis, meskipun terdapat aktivitas ship loader, biota laut di sana tidak terdampak, bahkan ditemukan ikan berukuran besar di bawahnya.

Sebagaimana diketahui, keberhasilan rehabilitasi ekosistem laut dilihat dari sejumlah indikator seperti ukuran transplantasi terumbu karang, tingkat rekrutmen alami, serta keanekaragaman ikan karang di area yang direstorasi.

Environment Head IMM, Suharyono, menyebut bio-defisit di area konsesi dan luar konsesi menjadi perhatian utama. IMM telah melakukan transplantasi sejak 2012.

Suharyono menambahkan, IMM sudah dua kali melakukan aktivitas pemantauan transplantasi yakni pada 2017 dan 2024. “Kami terus melakukan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas program,” kata Suharyono.

Hal senada juga diutarakan Era Tjahja Saputra, penasehat ahli IMM. Menurutnya, program ini nantinya akan menambah kekayaan keanekaragaman hayati sektor laut di sekitar area tambang perusahaan. “Selain memperkaya keanekaragaman hayati, program ini juga diharapkan memberi manfaat bagi sekitar dan ada rencana panjang yang terintegrasi,” ucap Pak Era.

Fish Bank untuk Ekosistem Berkelanjutan

Selain transplantasi terumbu karang, di tahun ini, IMM menginisiasi program Fish Bank atau Rumah Ikan, sebuah inisiatif untuk meningkatkan populasi ikan dengan menciptakan habitat yang lebih baik. Program ini sejalan dengan visi perusahaan untuk memperbaiki ekosistem laut serta mendukung pengembangan ekowisata di sekitar kawasan pesisir IMM.

Head of Health, Safety, Environment, and Community IMM, Muhammad Ngirom Hudi, menegaskan bahwa hasil pemantauan akhir tahun lalu menunjukkan perkembangan positif.

IMM juga telah menyusun peta jalan untuk menghadapi tantangan bio-defisit dan keberlanjutan rehabilitasi. Pada tahun 2025, perusahaan akan memperluas program transplantasi di area C2 dan C3 dan mengembangkan Rumah Ikan di area ini. Sementara itu, pada 2026, IMM akan fokus pada monitoring hasil transplantasi sebelumnya serta pengembangan program ekowisata berbasis konservasi.

Kepala Teknik Tambang IMM, Eddy Susanto menekankan pentingnya program ini sebagai bagian dari tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. “Ini bukan hanya kebutuhan sesaat, tetapi juga upaya kita untuk kelestarian ekosistem laut,” ungkapnya.