12 Mei 2020

Klaster Bontang Tegar di Tengah Badai Corona

Klaster Bontang yang meliputi  PT Indominco Mandiri (IMM) termasuk fasilitas Bontang Coal terminal (BoCT) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bontang serta PT Kitadin Tandung Mayang terus melakukan upaya untuk tetap maju di tengah tantangan wabah COVID-19. Apa saja yang dilakukan?

Dalam upaya menjaga kinerja, manajemen IMM membagi perhatian pada dua hal yakni penanggulangan COVID-19 itu sendiri dan melakukan mitigasi bagi masalah-masalah yang muncul sebagai akibatnya.

Era Tjahja Saputra, Kepala Teknik Tambang IMM, menegaskan bahwa dampak pandemi COVID-19 sangat besar. Oleh karenanya IMM menerapkan kebijakan khusus terkait hal ini.

“Kami menerapkan protokol pencegahan dan penanganan COVID-19, sehingga kegiatan tambang, pelabuhan, dan kantor pendukung tetap berjalan dengan lancar,” kata Era menjelaskan.

Eddy Susanto Abdi, Mine Planning Head IMM, menjelaskan bahwa proses produksi yang melibatkan beragam fungsi dari planning hingga ship loading, memerlukan kesamaan langkah dan komitmen dalam situasi seperti ini.

"Sejauh ini operasional kami masih bisa berjalan dengan baik karena terjalinnya komunikasi, koordinasi dan kerjasama semua fungsi yg ada di Klaster Bontang, baik itu IMM selaku owner, kontraktor maupun sub kontraktor. Tentu saja tidak lepas dari ijin dan pertolongan Allah SWT,” jelasnya.

Protokol COVID-19

Pada dasarnya protokol yang diterapkan di lingkungan perusahaan sama dengan anak-anak perusahaan yang lain, yaitu penerapan jarak badan, pola hidup bersih, dan penggunaan masker. Karyawan juga dihimbau agar cukup istirahat dan minum multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. 

Menurut Era, menjaga ritme produksi di tengah pandemic tidaklah mudah. “Bahkan kesulitan mendapatkan APD pendukung saja menjadi kendala yang luar biasa,” katanya.

Ditambahkannya, hal baik yang menguntungkan Perusahaan adalah secara umum pemerintah dan masyarakat sekitar memiliki kesadaran dan pemahaman yang sama. Beberapa peraturan daerah yang berkaitan dengan penanganan wabah ini telah disesuaikan dengan kegiatan operasional.

Kondisi di PT Kitadin (KTD) Tandung Mayang

KTD Tandung Mayang yang tengah melakukan kegiatan tutup tambang memiliki tantangan tersendiri saat COVID-19 merebak. Wabah telah menyebabkan penilaian dan pencairan Jaminan Reklamasi oleh pemerintah yang dijadwalkan tuntas triwulan pertama tertunda. Pihak ESDM dan Dishut menyatakan tidak bisa hadir sampai waktu yang belum ditentukan.

KTD Tandung Mayang juga melaksanakan PSBB di wilayahnya. Di antaranya dengan menerapkan physical distancing seperti menempatkan meja dengan jarak sekitar 1 meter sampai dengan 2 meter satu sama lain.  Penumpang kendaraan milik perusahaan juga dibatasi sebanyak-banyaknya 4 orang.

Di area persemaian tempat tim rehabilitasi menginap, tempat tidur dibuat jarak 1,5 meter. Di lapangan saat memelihara tanaman, karyawan juga menghindari interaksi secara rapat ataupun berkelompok lebih daripada 4 orang. Mereka diwajibkan menggunakan masker dan menghindari jabat tangan. Karyawan juga diminta berperilaku hidup bersih dan sehat seperti sering mencuci tangan, rutin berolahraga, dan makan makanan bergizi. 

“Dalam wilayah kerja KTD Tandung Mayang sejauh ini belum ada karyawan yang positif Covid-19,” Bambang Julianto, Mine Closure Head KTD Tandung Mayang menjelaskan. “Namun bila karyawan mengalami gejala mirip COVID-19, karyawan dilarang berangkat kerja dan harus melaporkan kepada atasan,” kata Bambang.

Atasan kemudian melaporkan kepada Komite COVID-19. Komite bekerja sama dengan Poskes untuk melakukan pemeriksaan ke rumah karyawan. Hasil pemeriksaan ini menentukan apakah karyawan tersebut dapat kembali bekerja esok hari atau melakukan karantina 14 hari di rumah atau di mes,  atau di sarana kesehatan terdekat.

“Saat ini tim KTD lebih peduli dan sungguh-sungguh dalam menjaga kesehatan dan kebersihan masing-masing,” kata Bambang. Sebab, tambahnya, “para pekerja menjadi sadar bahwa kesehatan itu penting dan mahal.”

Benar sekali. Mudah-mudahan pandemi ini segera berakhir.