Wabah COVID-19 berdampak serius terhadap kesehatan manusia dan mengganggu perputaran roda ekonomi. Wabah ini menjadi ujian yang berat bagi perusahaan-perusahaan besar sekalipun apakah mampu bertahan atau tidak menghadapi situasi yang tidak menentu di hari-hari mendatang.
Namun demikian dengan penerapan manajemen risiko yang tepat, dampak COVID-19 dapat dimitigasi semenjak dini sehingga perusahaan dapat terus berproduksi.
Di Klaster Melak, misalnya. Kegiatan tiga anak perusahaan ITM, yaitu TCM, BEK dan TIS, berjalan seperti biasa sedangkan sasaran produksi tidak berubah.
“Sejauh ini semua pekerjaan di setiap unit masih tertangani dengan baik,” kata Deddy Sugiharto Kepala Teknik Tambang TCM.
Menurutnya, seluruh kontraktor memegang komitmen rencana produksi yang dibuat di awal tahun. Klaster Melak, tambahnya, menerapkan ‘Bekerja di Rumah atau di Mes’ dan ‘Kerja Bergiliran’ sehingga mengurangi jumlah orang yang menggunakan bus. “Bekerja di Rumah, merupakan penerapan ‘menjaga jarak badan’ yang diatur oleh pemerintah,” ujarnya.
Semenjak 17 April Pemerintah Kabupaten Kutai Barat memang telah menetapkan Kejadian Luar Biasa berlaku di Kutai Barat. Menurut laporan per 13 Mei, terdapat 13 orang positif berdasarkan uji cepat (rapid test) dan 1 PDP lagi berdasarkan hasil uji usap (swab test).
Secara statistik angkanya diperkirakan akan naik, mengingat belum banyak dilakukan uji COVID-19 lantaran keterbatasan peralatan serta belum efektifnya penerapan jarak badan di tengah masyarakat.
Manajemen tambang di Klaster Melak mematuhi Instruksi Bupati Kutai Barat No. 10 tahun 2020 tentang kebijakan pembatasan keluar-masuk orang di wilayah Kutai Barat. Oleh sebab itu perusahaan menunda izin karyawan yang akan berangkat cuti ke luar wilayah Kutai Barat dan juga menunda karyawan yang selesai cuti masuk wilayah Kutai Barat untuk bekerja kembali.
Akan tetapi, masalahnya pada pertengahan bulan Mei mendatang, sebagian karyawan kontraktor sudah bekerja selama 2 kurun tanpa cuti. “Kondisi ini akan mengarah pada kelelahan,” ungkap Prayono Suryadi, Kepala Teknik Tambang BEK senada dengan Deddy. Akibatnya, kemampuan produksi bisa menurun.
Oleh karena itu pihaknya saat ini tengah mengajukan izin agar karyawan bisa kembali melakukan prosedur cuti. Tentunya dengan tambahan mekanisme pengamanan khusus yang memastikan bahwa mereka yang telah selesai cuti sehat dan bebas COVID-19.
“Untuk itu kami menghimbau karyawan Klaster Melak untuk memperkecil kegiatan di luar lokasi tambang,” kata Deddy mengingatkan.
Syukurlah, sejauh ini belum ada karyawan di area kerja Klaster Melak yang terkena COVID-19. Namun begitu, seandainya ada, “Kami telah menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk pencegahan dan penanganan COVID-19,” kata Deddy.
Yang dipersiapkan adalah serangkaian protokol dan prosedur, alat-alat bantu medis seperti APD, obat-obatan, dan alat-alat pendukung lainnya. Bahkan ruang isolasi untuk menangani orang dalam pemantauan (ODP) juga dipersiapkan.
Tentu tidak mudah menjaga ratusan karyawan sendiri maupun kontraktor agar terhindar dari Covid-19. Pertama letak Klaster Melak berada di tempat terpencil dengan kemudahan yang terbatas. Kedua karyawan tiap-tiap kontraktor memiliki pemahaman dan tanggapan yang berbeda tentang wabah ini.
Untungnya Klaster Melak memiliki tim manajemen yang kuat, yang tergabung dalam Emergency Management Team (EMT) Melak Group dan Forum Kontraktor, dan didukung oleh seluruh kepala fungsi di setiap departemen.
“Kami bahu-mambahu menghadapi semua permasalahan yang ada,” jelas Deddy seraya menambahkan bahwa dukungan dari manajemen senior dan rekan-rekan di Jakarta diperlukan agar semua hal ini bisa tetap terus berjalan.
Kabar dari Embalut
Kegiatan operasional juga berjalan seperti biasa di Kitadin Embalut. Menurut Kepala Teknik Tambang PT Kitadin Embalut Bonifasius Tipa, “Target produksi masih sama seperti target awal bulanan dan tahunan.”
Untuk mencegah penyebaran COVID-19, beberapa kebijakan diambil. Di antaranya cuti karyawan Embalut dan kontraktor keluar Kutai Kartanegara ditunda. Semua rapat di kantor maupun di luar kantor termasuk kegiatan Safety Talk dilakukan secara daring. Karyawan diperintahkan bekerja di rumah. Namun jika tidak dimungkinkan, mereka tetap dapat bekerja seperti biasa.
“Puji Tuhan, tidak ada yang terkena wabah. Baik karyawan, keluarga, maupun warga desa binaan di area sekitar tambang,” kata Boni.
Saat ini kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) belum berlaku di Samarinda dan Tenggarong. Kegiatan masyarakat masih berjalan normal di tengah himbauan dari pemerintah setempat agar masyarakat membatasi kegiatan di luar rumah.
Manajemen Embalut menerapkan beberapa kebijakan, diantaranya memindai suhu badan karyawan setiap masuk kerja, menyemprotkan disinfektan di area kerja, membagi-bagi masker dan penyatinasi tangan kepada karyawan serta menambah tempat cuci tangan. Karyawan juga diberikan vitamin tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Di samping itu kunjungan tamu ditunda kecuali mendesak.
Ada hikmah di balik wabah ini, ungkap Boni. “Pekerja semakin peduli akan kesehatan baik diri sendiri, rekan kerja, maupun keluarga,” katanya. “Mereka juga pulang tepat waktu.” Selain itu muncul pula kepedulian kolektif di kantor dan masyarakat untuk mengakhiri penyebaran virus.